AS, Inggris, dan Australia Bentuk Aliansi Militer Lawan China, Siapkan Kapal Selam Bertenaga Nuklir

- 16 September 2021, 22:39 WIB
Ilustrasi AS, Inggris, dan Australia Bentuk Aliansi Militer ‘Melawan’ China, Siapkan Kapal Selam Bertenaga Nuklir
Ilustrasi AS, Inggris, dan Australia Bentuk Aliansi Militer ‘Melawan’ China, Siapkan Kapal Selam Bertenaga Nuklir /Pixabay/ David Mark./

Sebelumnya AS hanya berbagi teknologi propulsi nuklirnya dengan Inggris dalam pengaturan sejak tahun 1958, tetapi seorang pejabat senior AS mengatakan "Ini adalah situasi yang unik."

Tenaga nuklir akan memungkinkan kapal selam Australia untuk tetap berada di laut selama lima bulan dan beroperasi lebih tenang daripada kapal bertenaga diesel kelas Collins.

Hal tersebut memungkinkan mereka untuk menghindari deteksi musuh dengan lebih baik.

Beberapa kritikus perjanjian memperingatkan bahwa itu menetapkan preseden berbahaya bagi negara-negara untuk mengeksploitasi celah di NPT.

Perjanjian tersebut memungkinkan negara-negara non-senjata nuklir untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk menghapus bahan fisil yang mereka butuhkan untuk reaktor kapal selam dari persediaan.

Namun, itu dipantau oleh pengawas global, Badan Energi Atom Internasional, membuka kemungkinan bisa dialihkan membuat senjata. Australia akan menjadi negara pertama yang memanfaatkan celah tersebut.

“Kekhawatiran saya bukanlah bahwa Australia akan menyalahgunakan bahan nuklir yang kami berikan kepada mereka dan menggunakan celah untuk membuat senjata nuklir,” kata James Acton, ketua bersama program kebijakan nuklir di Carnegie Endowment for International Peace.

“Kekhawatiran saya adalah ini menjadi preseden buruk yang bisa disalahgunakan oleh negara lain. Iran adalah contoh nyata di sini."

Baca Juga: Ikut Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 21, 7 Kriteria Ini Dipastikan Tak Lolos Seleksi, Harap Dicatat !

David Cullen dari Layanan Informasi Nuklir mengatakan hal itu hanya terjadi sekali dalam sejarah ketika AS membantu Inggris mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir pertamanya.

Halaman:

Editor: Muhammad Jaya

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x